Gerakan Mahasiswa Anti Napza Universitas Muhammadiyah Semarang

Sponsor

AD SPONSOR 150PX

Jumat, 14 Agustus 2020

 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, telah terlaksana kegiatan  Studi Banding dengan UKM GRANAT UNWIDHA pada hari Jum'at , 14 Agustus 2020 melalui Aplikasi Google Meet , dan telah diikuti oleh 48 partisipan dari anggota UKM GEMA UNIMUS dan UKM GRANAT UNWIDHYA Klaten. Acara Di moderesasi oleh Anna Rooyiikin Anggota UKM GRANAT UNWIDHA Klaten .Diskusi berlangsung mulai 10.00-11.00 WIB


KESIMPULAN

 Kesimpulannya Dari pemaparan yang telah disampaikan UKM granat Unwidha dan UKM gema Unimus mungkin memiliki perbedaan dari segi struktur kepengurusan  maupun program kerja yang dilaksanakan. Namun, seperti tujuan dalam studi banding yaitu agar kita dapat belajar dari masing-masing UKM yang dapat diambil sisi positifnya yang nantinya dapat membantu dalam pengembangan program kerja dari masing-masing UKM serta agar tetap menjalin silaturahmi .

Kita sebagai mahasiswa harus turut serta dalam memerangi dan memberantas bahaya narkoba

Walaupun kondisi saat ini yang terkendala pandemi Covid-19 kita harus tetap semangat dan terus berkarya


#PerhubunganUKMGEMA2020

#Ukm gema

Kamis, 13 Agustus 2020

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, telah terlaksana kegiatan  Training of trainer  dengan tema "STRATEGI P4GN DAN CARA MELAKUKAN SOSIALISI DISAAT PANDEMI SEPERTI INI"

 pada hari Kamis, 13 Agustus 2020 melalui Aplikasi Zoom, dan telah diikuti oleh  partisipan dari anggota Satgas . Acara  dipandu oleh Hadinna nuzula F sebagai moderator dan Bu Candra Eka Saraningsi S, Sos.Ma sebagai pemateri.Kegiatan diikuti oleh 30 anggota dari UKM GEMA .Diskusi berlangsung mulai 14:00 -16.00 Wib.


KESIMPULAN

Narkoba diera pandemi Covid-19 seperti ini , Mencemaskan begitu sangat meningkat dibandingkan di taun kemarin adanya faktor -faktor penyebab perekonomian , ketergantungan. Dan lagi apa sebabnya pastinya karna adanya larangan untuk berkurumunan , atau yang dinamakan sosial distancing , dengan begitu sosialisasi menjadi terhambat dan kegiatan lainya terhambat begitu juga dengan kegiatan BNNP bagaimana cara mengatasinya salah satunya dengan sosial media pastinya banyak kekurangan . batas kuota sigyal daerah ataupun sebagainya adapun cara lain dengan tetap mengunakan protokol kesehatan. 

Cek instagram kami di :

https://www.instagram.com/p/CDoS0nEn_Xr/?igshid=jrgp27ji9c8d

https://www.instagram.com/p/CD6O2DfnV1P/?igshid=1qulhekxymuz9

#KaderisasiUKMGEMA2020

#UKMGEMA

Sabtu, 01 Agustus 2020

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, telah terlaksana kegiatan  OBOR GAS (Ngobrol Online Bareng Anak Satgas)  dengan tema "Hidup sehat tanpa Narkoba" 

pada hari sabtu, 1 Agustus 2020 melalui google meet, dan telah diikuti oleh 11 partisipan dari anggota Satgas. Acara  dipandu oleh Aji Fahrurrozi ( Kadiv Perhubungan ) sebagai moderator dan Addina Ahdya Firdaus ( P2M Gema ) sebagai pemateri. Diskusi berlangsung mulai 09.50 -11.10 Wib.

Kesimpulannya :

Narkoba itu merupakan suatu zat di mana apabila dikonsumsi dapat memberikan efek yang ngeFly atau efek ketenangan yang secara berlebihan. 

Dan yang di maksud dengan penyalahgunaan narkoba adalah apabila dipakai secara ilegal dalam artian tidak mendapatkan izin atau tidak sesuai prosedur yang diperbolehkan oleh  Dinas Kesehatan. 

Bahwa sesuatu yang berlebihan itu sangat dilarang atau sesuatu yang berlebihan itu tidak baik itu pun juga sudah ditegaskan khususnya di agama Islam. Maka dari itu jelas  bawa narkoba itu tidak baik untuk dikonsumsi secara sembarangan Karena  efek yang dapat ditimbulkan.

penyalahgunaan narkoba membuat semua binasa ,semua sengsara,. cintai keluarga , hidup sehat Tanpa penyalahgunaan Narkoba.

Cek Instagram kami di :

https://www.instagram.com/p/CDYz_VBHq0i/?igshid=1xl5e2gyn98z2


#UKMGEMA2020

#P2MUKMGEMA

Minggu, 05 Juli 2020

Bismillahirrahmannirahim

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, telah terlaksana kegiatan  "OBOR GAS" (Ngobrol Online Bareng Anak Satgas)  dengan tema "Mengenali Rehabilitasi" melalui media google meet, acara diskusi diikuti oleh 17 partisipan dari anggota Satgas .

 Acara  dipandu oleh Iffatus Sa'diyyah (Bendahara GEMA) sebagai moderator dan Aliefya Firda Zulfa ( Sekretaris GEMA ) sebagai pembicara yang membawakan materi tentang "Mengenali Rehabilitasi". Diskusi berlangsung pada Minggu 5 Juli 2020 pukul 10.00 WIB -11.35 WIB

Kesimpulan yang didapat dari acara diskusi online tersebut adalah:

1. Rehabilitasi Narkoba merupakan tempat yang memberikan pelatihan keterampilan dan pengetahuan untuk menghindarkan diri dari narkoba. 

2. Rehabilitasi dibagi menjadi dua yaitu rehabilitasi medis, dan rehabilitasi sosial. Dimana rehabilitasi medis adalah suatu proses pengobatan untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan, sedangkan rehabilitasi sosial adalah proses kegiatan pemulihan baik secara fisik, mental, maupun sosial agar mantan pecandu narkoba dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam bermasyarakat. 

3. Tahapan rehabilitasi dibagi menjadi tiga yaitu, rehabilitasi medis, rehabilitasi non medis, tahapan bina lanjut. 

Demikian laporan tentang kegiatan dikusi OBOR GAS tersebut,Sampai jumpa lagi di diskusi UKM GEMA berikutnya.

Cek instagram kami di :

https://www.instagram.com/p/CCDwq_-n1Wd/?igshid=q84ig6p154i8

https://www.instagram.com/p/CCQdX16nxSw/?igshid=g2z6jvh481t6


#UKMGEMA2020

#P2MUKMGEMA

Sabtu, 20 Juni 2020

Bismillahirrahmainnirrahim

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabbarakatuh

Alhamdulillah, telah terlaksana  Diskusi Online dalam rangka Peringatan 'Hari Anti Narkotika Internasional' melalui media google meet, acara diskusi ini diikuti oleh 56 partisipan dari berbagai Universitas. 

Acara  dipandu oleh Ilham Abiyogadari Bidang P2M Gema sebagai moderator dan Kak Febriana Dwi A.S,S.KM sebagai pembicara yang membawakan materi tentang Peranan Mahasiswa dalam Pemberantasan Narkoba.

Diskusi berlangsung dari 19.30 hingga 21.00 WIB.

Kesimpulan yang didapat dari acara diskusi online tersebut adalah:

1.Remaja rentan menyalahgunakan narkoba,karena remaja memiliki waktu yang cukup panjang dalam mengkonsumsi narkoba, beberapa faktor,seperti untuk trend/karena coba coba.

2.Peran remaja sendiri sangatlah penting dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba,karena remaja adalah kekuatan dalam membangun negara,seperti contoh sumpah pemuda,partisipasi dalam kemerdekaan indonesia dan peristiwa 98.

3.Partisipasi remaja dalam pencegahan narkoba dapat dilakukan dengan sosialisasi,dan mengenalkan bahaya narkoba di kawasan kampus maupun desa desa.dengan berbagai metode inovatif yang tidak membosankan seperti games maupun sebuah tantangan.

Demikian laporan tentang kegiatan dikusi online tersebut,Sampai jumpa lagi di diskusi UKM GEMA berikutnya.

Cek instagram kami di : 

https://www.instagram.com/p/CBqS9LunZdR/?igshid=1b1jn8o0ez8e6 

https://www.instagram.com/p/CB7qXysnV2t/?igshid=gyld7575fuu9


#UKMGEMA2020

#HANI2020

#P2MUKMGEMA

Selasa, 16 Juni 2020



Bimillahirrahmannirrahim,
Assalamuaalikum Warahmatullahi Wabarakatuh,




Semangat Pagi !        
Salam Hangat Pembaca Website :)
Salam Pemuda Anti Narkoba !

Alhamdulillahirrabilalamin...
Gema-unimus.blogspot.co.id- UKM GEMA UNIMUS telah mengikuti salah satu agenda dari FONAS MAPAN (Forum Nasional Mahasiswa Anti Penyalahgunaan Narkoba) yang dilaksanakan pada 4 – 8 Maret 2020, dengan tema”Prepare Alfa Generation Or Millenials To Be The Real Agent Of Change”, dilaksanakan dengan tujuan menjalin silaturahmi antar mahasiswa/i yang tergabung dalam satgas dan organisasi anti penyalahgunaan narkoba seluruh Indonesia serta merumuskan program tahunan satgas anti penyalah gunaan seluruh Indonesia.

Selasa, 21 April 2020





Bismillahirrahmanirrahim
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabbarakatuh.

Salam Semangat !!!
Salam Anti Napza !
Hidup Perempuan Indonesia !

"Tahukah engkau semboyanku? 'Aku mau!' Dua patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata 'Aku tiada dapat!' melenyapkan rasa berani. Kalimat 'Aku mau!' membuat kita mudah mendaki puncak gunung."

     Perkenalkan, penulis merupakan salah dua dari milyaran perempuan Indonesia yang hidup pada masa globalisasi ini. Pada Hari Kartini, atau Hari Emansipasi wanita, penulis ingin menuliskan sedikit opini yang bersumber dari banyak keresahan yang kami alami selama ini.
     Opini ini dibuat atas dasar insiprasi dan aspirasi yang datang saat insomnia melanda beserta panggilan hati keprihatinan terhadap penyalahgunaan emansipasi oleh para perempuan masa kini. Opini inipun dibuat guna memperingati Hari Emansipasi Wanita yang jatuh pada tanggal 21 April di setiap tahunnya. Opini ini bertemakan "Perempuan Masa Kini." yang didalamnya berisikan 3 subtema khusus tentang :
Part 1 : Sejarah Perempuan
Part 2 : Samakah emansipasi, kesetaraan gender dan feminisme ?
Part 3 : Urgensi emansipasi wanita yang tepat untuk era milenial kini.
     Penulis menyadari bahwa di dalam tulisan ini banyak mengandung kekurangan dalam bentuk penulisan, penyampaian maupun apapun yang kurang tepat. Penulispun masih dalam tahap proses belajar, jadi harapannya para pembaca dapat memaklumi banyak kesalahan yang terdapat, dan apabila pembaca memiliki saran masukan serta kritikan, penulis dengan senang hati akan menerimanya.
Terimakasih atas perhatian nya.

Billahi fii sabililhaq, Fastabiqul khoerot
Wasalammualaikum warahmatullahi wabbarakatu
             




 Demak - Purbalingga, 20 April 2020

( Anggun Cahyati - Muthia Hasanah )



" PEREMPUAN MASA KINI"
                                   

[ Part I ] Sejarah Perempuan

Berbicara tentang sejarah yang merupakan peradabannya suatu bangsa dimana kelak bangsa tersebut akan berpacu bergerak. Bak layar kapal yang mengikuti peran tangan nahkoda atas petunjuk kompas agar tak tersesat di tujuan per-labuhan. Ada catatan-catatan atas intrepretasi suatu kejadian di masa dahulu, yang terkadang hal itu akan berdampak pada pembelajaran di masa mendatang.

    Dalam memperingati perjuangan besar yang tlah dilakukan Raden Ajeng Kartini terhadap emansipasi perempuan di Indonesia ini, sudah sepantasnya kita sebagai perempuan paham akan sejarah perempuan itu sendiri. Hal ini ditujukan untuk mengaplikasikan dan memahami tentang urgensi emansipasi seperti apakah yang patut kita laksanakan di massa globalisasi ( milenial ) seperti ini ?

    Sebelum jauh membicarakan perempuan terlalu dalam, hal yang pertama akan kita bahas adalah "Sebenernya apa sih perempuan itu" ?

    Perempuan secara etimologi berasal dari kata "empu" yang berarti “tuan”, yaitu orang yang.mahir/berkuasa’, atau pun ‘kepala’, ‘hulu’, atau ‘yang paling besar’. Kata perempuan juga berhubungan dengan kata ampu ‘sokong’, ‘memerintah’, ‘penyangga’, ‘penjaga keselamatan’, bahkan ‘wali’; kata mengampu artinya ‘menahan agar tak jatuh’ atau ‘menyokong agar tidak runtuh’; kata mengampukan berarti ‘memerintah (negeri)’; ada lagi pengampu ‘penahan, penyangga, penyelamat’. (Sudarwati & Jupriono, 1997)  Namun dalam buku yang dikarang Dr. Hj. Zaitunah Subhan, perempuan berasal dari kata "empu" yang artinya "dihargai". Zaitunah juga menjelaskan pergeseran dari istilah wanita ke perempuan. Kata wanita berasal dari Bahasa Sanskerta dengan dasar “wan” yang berarti nafsu, sehingga kata wanita dianggap mempunyai arti dinafsui atau merupakan suatu objek seks. Jadi secara simbolik mengubah penggunaan kata wanita ke perempuan adalah megubah objek jadi subjek. Tetapi dalam bahasa Inggris wan ditulis dengan kata want, atau men dalam bahasa Belanda, wun dan schen dalam bahasa Jerman. Kata tersebut mempunyai arti like, wish, desire, aim. kata want dalam bahasa Inggris bentuk lampaunya wanted. Jadi, wanita adalah who is being wanted (seseorang yang dibutuhkan) yaitu seseorang yang diingini.( Al-quran dan perempuan )

    Dikutip Dari The Republic (360 SM). Pada buku V, Plato menyebutkan bahwa “They differ only in their comparative strength or weakness”, mereka (laki-laki dan perempuan) hanya berbeda dari kekuatan dan kelemahannya. Jadi menurut Plato, laki-laki dianggap memiliki kekuatan dan perempuan cenderung dianggap lemah,  hanya itu saja perbedaanya, tapi tetap ia mengungkapkan bahwa perempuan mampu untuk berpartisipasi sepenuhnya sebagai warga negara. Disini, Plato sedikit memberikan tempat bagi perempuan, dengan menyatakan bahwa perempuan memiliki jiwa laki-laki yang rendah dan pengecut. Kendati memposisikan perempuan rendah, namun ia masih menyisakan tempat bagi perempuan, untuk menembus kesejatian laki-laki. Hal ini Menguatkan teori nature dalam kelemahan perempuan yang bahkan didukung oleh Aristoteles dengan anggapan adanya ketidaksetaraan di antara manusia sebagai sesuatu yang alami dan bahwa yang kuat harus mendominasi yang lemah. Lebih jauh lagi, Aristoteles juga mengajukan penolakan kewarganegaraan perempuan dalam negara kota, yang pada saat itu sudah mulai berkembang.

    Sementara Kartini Kartono mengatakan, bahwa perbedaan psikologis yang alami sejak lahir pada umumnya, kemudian diperkuat oleh struktur kebudayaan yang ada, khususnya oleh adat istiadat, sistem sosial ekonomi, dan pengaruh pendidikan.

     Sebetulnya dengan adanya perkembangan zaman, kedudukan laki-laki maupun perempuan dalam sejarah adalah sama penting. Sayangnya selama ini penulisan sejarah hanya terfokus pada sejarah laki-laki sehingga ketersediaan data tentang sejarah perempuan sangat minim. Mengapa sedikit sekali peran perempuan dalam sejarah ? Karena sejarah ditulis oleh yang menang. Bagaimana kita bisa menjadi pemenang jika kita tidak mengikuti permainanya? Karena perempuan yang diposisikan sebagai objek tidak bisa menjadi subyek dan kami tidak dilibatkan dalam membuat keputusan yang dapat mengubah sejarah. Jika tidak ada sejarah yang dibuat, apa yang harus ditulis? Apa yang akan diketahui dimasa mendatang? Jelas saja, perempuan sedikit peranya dalam sejarah, karena perempuan tak memberikan pengaruh pada jalannya peristiwa kehidupan. Padahal penulisan sejarah perempuan tak hanya berfungsi untuk melihat cerita perempuan baik kesehariannya tetapi juga kontribusinya dalam pembentukkan konsep kebangsaan dan perjuangan kemerdekaan dalam konteks yang lebih luas.  Maka dari itu secara eksitensial setiap manusia mempunyai harkat dan martabat yang sama, sehingga secara asasi semua gender ( feminine dan maskulinitas ) berhak untuk dihormati dan diberlakukan secara harkat dan martabatnya.

    Mengerucutkan hal jika kita meneropong realitas sosial di Indonesia, kita fokuskan pada kehidupan perempuan didalamnya, niscaya yang akan kita temukan adalah "keprihatinan". Kenapa ? Karena poros adanya kaum perempuan seperti tidak menguntungan, dulu memang merugikan namun sekarang kias-kias semacam tidak berpengaruh semacam Simbiosis Komensalisme. Memang pada realitas sosial yang tidak menguntungan pada kaum perempuan tersebut kita kaitkan dengan satu dominan tentang Budaya Patriaki yaitu Konsepsi Dkhotomi.

   Hal ini merupakan salah satu diantara alasan mengapa Kaum Perempuan perlu memperjuangkan emansipasi atas kesetaraan gender yang sudah diperjuangkan secara keras oleh banyak pahlawan dahulu yang salah satunya adalah Raden Ajeng Kartini melalui Bukunya " Habis Gelap Terbitlah Terang."


   Pertanyaan yang kemudian muncul setelah terpantiknya sejarah kelam atas perempuan dan perjuangan - perjuangan atas emansipasi, adalah "apakah emansipasi itu ?" Lalu apakah sama pengertian emansipasi dengan kesetaraan gender ? Apakah emansipasi selaras dengan aliran feminisme ? Mari kita kupas perlahan.

[ Part II ] Samakah Emansipasi, Kesetaraan gender dan Feminisme

    Emansipasi artinya memberikan hak yang sepantasnya diberikan kepada orang atau sekumpulan orang di mana hak tersebut sebelumnya dirampas atau diabaikan dari mereka. Istilah Emansipasi Wanita pada prinsipnya memberikan seluruh hak dasar manusia (Human Rights) kepada Wanita, misalnya hak berbicara, hak hidup, hak belajar dan lain sebagainya. Sesungguhnya emansipasi yang sebenarnya adalah bentuk pemberian hak kepada wanita untuk mengembangkan diri dan kemahiran profesional agar bisa bergandeng bahu dengan lelaki dalam pembangunan negara. Tidak ada maksud negatif yang tersembunyi di balik gerakan emansipasi. Jikapun ada, itu kembali ke niat orang atau kumpulan yang memperjuangkannya dan latar belakang yang memotivasinya.

  Lalu Gender adalah pembedaan peran, atribut, sifat, sikap dan perilaku yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Dan peran gender terbagi menjadi peran produktif, peran reproduksi serta peran sosial kemasyarakatan. Sedangkan kesetaraan gender adalah suatu keadaan setara dimana antara pria dan wanita dalam hak ( hukum ) dan kondisi ( kualitas hidup ) adalah sama.

     Kesetaraan gender dengan emansipasi adalah 2 hal yang berbeda arti. Kesetaraan gender adalah persamaan kodrat atau persamaan gender dari wanita dan laki-laki. Jika kita lihat dari fisik, seorang wanita dan laki-laki jelas sangat berbeda. Secara psikologis menyebutkan adanya perbedaan antara wanita yang 90% menggunakan perasaan dan sisanya adalah logika dan sangat berbanding terbalik dengan laki-laki yang 90% menggunakan logika dan sisanya adalah perasaan.

     Sedangkan Emansipasi merupakan tindak lanjut dari gagasan kesetaraan gender dalam bentuk tindakan nyata seorang wanita dalam kehidupannya. Alangkah lebih bijaksananya jika kita mengartikan dan memaknai emansipasi wanita sebagai salah satu bentuk kerjasama antara laki-laki dan wanita dalam menjalankan kehidupan. Sebagai seorang partner, tentu saja mempunyai kedudukan sama tinggi dan mempunyai hak yang sama tanpa adanya perbedaan yang memandang keduanya

Jika sudah ada gambaran tentang emansipasi dan kesetaraan gender, pembahasan berikutnya apakah emansipasi bisa diartikan sama dengan feminimisme ?

Secara etimologis kata Feminisme berasal dari Bahasa Latin, yaitu femina yang dalam Bahasa Inggris diterjemahkan menjadi feminine, artinya memiliki sifat-sifat sebagai perempuan. Kemudian kata itu ditambah “ism” menjadi feminism, yang berarti hal ihwal tentang perempuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Feminisme diartikan sebagai gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria. Lalu apakah Feminisme dan Emansipasi sama

Jelas Feminisme dan Emansipasi berbeda. Dalam artian ringkasan singkatnya Feminisme tidak ingin lebih rendah dari pada laki-laki, ia istimewa melebihi laki-laki, ia mampu berbuat apapun semuanya tanpa perduli kodrat dan fungsi perempuan diciptakan. Namun untuk Emansipasi, mereka hanya menggaungkan sebatas persamaan hak, kita memang tidak ingin dipandang rendah oleh laki-laki tapi kita sadar kita juga tidak bisa lebih tinggi dari laki-laki itu sendiri. Dan jika kita tarik ulur refleksi yang terjadi di Indonesia sendiri adalah Emansipasi yang Raden Ajeng Kartini gaungkan adalah Hak berpendidikan yang sama bagi perempuan, tapi jika Raden Ajenh Kartini menggaungkan Feminimisme maka ia akan menuntut pula cara ia diperlakukan atas pingitan, atas upacara pernikahan, atas segala hal yang intinya harus melebihi dari pada laki-laki.

Itulah beberapa gambaran tentang emansipasi, kesetaraan gender, dan feminisme yang ternyata memiliki arti yang berbeda-beda.

 [ Part III ] Urgensi emansipasi perempuan yang tepat untuk era milenial kini.

   Hari Kartini atau Hari Emansipasi wanita yang rutin diperingati setiap tanggal 21 April per tahun-nya, menyisahkan sejarah Indah perjuangan dari Pahlawan Puteri ya itu Raden Ajeng Kartini yang memperjuangkan dan membawa perubahan besar khususnya bagi Kamu Perempuan di Indonesia tentang hak pendidikan yang setara dengan Kaum laki-laki.

   Dulu, pada masa Kehidupan Raden Ajeng Kartini, perjuangan menegakkan emansipasi wanita sangat gencar dilakukan Kartini muda. Ia tidak gentar memperjuangkan hak kaum perempuan agar setara dengan kaum laki-laki. Ketika itu, kaum perempuan Indonesia selalu di bawah ketiak laki-laki. Bahkan, perempuan Indonesia juga dilarang bersekolah, hanya laki-lakilah yang boleh menuntut ilmu. History pada zaman penjahahan itu, yang berhak mendapat pendidikan ialah anak dari keturunan bangsawan, sehingga banyak wanita Indonesia pada masa lalu tidak mendapatkan pendidikan sama-sekali. Kemudian emansipasi yang dimaksudkan oleh R.A Kartini agar wanita diakui kecerdasannya dan diberikan kesempatan yang sama untuk mrngaplikasikan keilmuan yang dimilikinya, sehingga wanita tidak merendahkan diri dan tidak selalu di rendahkan derajatnya oleh kaum pria.

Namun, di kondisi masa kini kita semua bisa yakini bahwa cita-cita mulia tersebut sudahlah tercapaikan bahkan mungkin lebih. Banyak perempuan di Indonesia yang mengenyampendidikan bahkan sampai jenjang tinggi, banyak perempuan di Indonesia yang sudah menjadi politisi, banyak perempuan Indonesia yang dapat meraih mimpinya bahkan sejajar dengan laki-laki, banyak hal yang dapat perempuan lakukan atas dasar emansipasi ini.


    Kondisi perempuan masa kini sangatlah jauh berbeda dengan kondisi perempuan pada masa lalu, sekarang perempuan telah merasakan kebebasan atas hak-hak yang diperjuangkan pada masa lalu. Namun dampak dari era milenial, emansipasi ini dijadikan kedok kebebasan yang sebebas-bebasnya oleh kaum wanita yang sangat miris dilakukan pada zaman ini. Contohnya sebagian kaum perempuan dengan kebebasannya dapat memperdagangkan diri dalam balutan gaun seksi, ada juga perempuan dengan kecantikannya terhubung dalam jaringan gelap prostitusi, ada pula perempuan yang ingin menyamai laki-laki, ada banyak perempuan yang dengan bangga menjadi pelacur serta hal tersebut bukan menjadi hal yang tabu untuk rahasia umum sendiri. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kebebasan tersebut malah menghancurkan derajat para perempuan dan emansipasi sendiri kehilangan maknanya. Apakah disini harus ada tinjauan balik tentang emansipasi yang disalah kaprahi ?

   Salah satu faktor kenapa kita harus mempertanyakan urgensi emansipasi di massa kini adalah, terlalu overloadnya, dan terlalu semena-menanya maka berakibat terjadilah bebas yang bablas dan mengakibatkan penyimpangan itu sendiri. Jika emansipasi yang berlebihan ini sudah terjadi, lalu apakah berarti nilai urgensitas emansipasi di massa sekarang sudah tak diperlukan ?

   Jelas, nilai emansipasi perlu kita lestarikan dan kita jaga keberadaanya. Tapi kitapun harus pandai memfilter apa saja yang perlu kita lakukan dan apa saja yang memang tak pantas kita lakukan mengenai emansipasi itu sendiri. Dengan gaya hidup perempuan ii era globalisasi seperti ini, sebagian besar perempuan tidak memahami peran dan posisinya dalam masyarakat, ada juga yang lupa akan sejarah perjuangan kaumnya sendiri, ada pula yang hidup dengan kebebasan yang seluas-luasnya. Tak jarang mereka juga melupakan aturan-aturan dalam masyarakat.

Padahal semakin majunya suatu peradaban, sama seperti di era globalisasi ini peran wanita tidak hanya dibebankan dalam keluarga untuk melayani suami dan anak, namun bebas untuk berkiprah dalam kancah publik maupun domestik dengan tetap memperhatikan tugasnya dalam keluarga. Dengan kata lain bahwa wanita masa kini dapat berkontribusi dalam segala bidang kehidupan masyarakat tanpa ada diskriminasi pembagian kerja. Dalam pasal 65 ayat 1 Undang- Undang nomor 12 tahun 2003 mengenai keterwakilan sekurang- kurangnya 30% wanita dalam politik merupakan bentuk nyata untuk perempuan berperan dalam ranah politik.

Pun sebenernya emansipasi di era digital ini dapat dijadikan angin segar dalam mengembangkan bakat diri. Perempuan dapat berekspresi dengan tidal hanya sibuk dirumah saja tapi turut andil dalam kemajuan bangsa di berbagai sektor industrial. Banyak wanita yang kreatif dan imajinatif dalam memanfaatkan bidang tekhnologi, marketing, sosial dan banyak lainnya. Namun dengan adanya kebebasan ini, diharapkan perempuan juga sadar diri, meski globalisasi tak ada tepi, dunia digital tak punya batas, perempuan harus memiliki dan memegang teguh pedoman nilai-nilai norma etika, adat, agama dan budaya agar bebasnya tak menjadi bablas.
   Pada era globalisasi ini, perempuan dituntut untuk berwawasan luas dan memiliki mental tangguh. Hal ini selaras dengan perjuangan kartini pada masa lalu, diharapkan di masa pendatang para perempuan Indonesia dapat melahirkan generasi-generasi yang kuat karena kelak dirinya akan menjadi tombak dalam pendidikan keluarganya, lalu mental tangguhnya akan membawa ia menjadi generasi penerus yang semakin kuat dalam menegakkan suatu kebenaran. Dengan Berpendidikan tinggi, perempuan diharap tidak hanya mengejar suatu karir semata namun gagasan-gagasan serta ilmu yang tlah diperoleh di jenjang pendidikannya dapat ia implementasikan menjadi suatu karya pencetak sejarah Indah bagi kaum perempuan.

Karena Kaum perempuan di era milenial harus lebih cerdas, kreatif , beretika dan progresif.

" Perempuan merupakan simbol kesucian dan kecerdasan. Jangan sampai hal tersebut dapat direnggut dan dirobohkan oleh suatu peradaban. Perempuan harus Ber pendidikan, bukan karena semata-mata karir dan mimpinya tapi tentang implementasi cerdas dan Etika baiknya sesuai fitrah kodratnya. "



Editor :

Part I : Anggun Cahyati - Muthia Hasanah
Part II - III : Muthia Hasanah

Senin, 27 Januari 2020



Semarang , selepas kegiatan Gema To School, Gema Unimus melanjutkan proker selanjutnya dengan berkunjung ke BNNP Jawa Tengah yang berlokasi di Rupatama lt.2, Kantor BNNP Jateng Jln Madukoro Blok BB, Semarang.

Program visit to BNNP ini berada di bawah proker Perhubungan yang bertujuan guna silaturahmi dan mendapatkan sosialisasi seputar NAPZA.

Kegiatan ini dimulai pukul 15.00-16.30 WIB yang dimana didalam rangakaian acaranya, kami disambut oleh BNN beserta diberi ilmu seputar NAPZA yang disampaikan oleh Bapak Susanto, SH, MM. Selaku Kabid P2M dan Bapak Jamaludin Ma’ruf S,Farm., Apt selaku Kabid Pencegahan Bidang P2M.

Dalam enyampaian sosialisasi, Bapak Susanto menegaskan bahwa Indonesia berada pada kondisi darurat narkoba. Sama seperti ucapan Pak Presiden kita yaitu Bapak Joko Widodo yang mengungkapkan bahwa selama kurn waktu 1 tahun yang meninggal ada sekitar 18.000 orang. Maka dari itu peran sinergitas dari seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan. “1 butir pil ekstaksi di Tiongkok laku sebesar 3 ribu rupiah, namun di Indonesia bisa lalku hingga 300 ribu rupiah. 1 kg sabu di Tiongkok hanya laku sebesar 30 juta rupiah, namun di Indonesia bisa laku sebesar 1,6 – 2 milyar rupiah.” – tuturnya.

Hal ini membuktikan bahwa Narkoba di Indonesia merupakan barang yang laku dan dicari, hal ini yang bisa menyebabkan kenapa di indonesia merupakan sasaran empuk dari sang bandar untuk menargetkan dan memasukan barang dagangannya.

Strategi P4GN merupakan senjata handal bagi UKM Gema dan BNN untuk dapat bergerak dalam rangka membrantas Narkoba hingga akarnya. Pelatihan semacam TOT penggiat anti narkoba selalu digencarkan agar sebagai penggiat kami paham ranah tujuan dan tugas apa saja yang perlu dilaksanakan.

Di penghujung acara, narasumber menyatakan “ Tugas ini memang berat. Tak bisa dipikul satu atau dua orang saja. Tidak semua orangpun menyukai pekerjaan ini, bahkan beberapa ada yang membenci. Yang diperlukan disini adalah kita sama-sama bersinergi memberantas dan melawan Narkoba agar cerah masa depan Indonesia.”




Semarang (27/01) di SMP 10 November telah terlaksana kegiatan “Gema to School 1” di periode 2019/2020 ini dengan sukses dan lancar.

Kegiatan ini dimulai pada pukul 09.00 – 13.30 WIB. Kegiatan ini dibuka dengan pengenalan GEMA oleh pembina kita yaitu Ibu Nurina , lalu kegiatan selanjutnya adalah pengisian materi sesi 1 yang diisi oleh Valian Choirunnisa dengan materi Kenarkobaan dan Ilham Abiyoga dengan materi Rokok dan Vape. Sesi 1 ini diikuti oleh siswa kelas 9 SMP 10 November. Materi sesi 2 diisi oleh Rima Rohidatul dengan materi Kenarkobaan dan Diky Maulana dengan Materi Rokok dan Vape yang diikuti oleh kelas 7 dan 8 SMP 10 November, dengan antusias yang dibuktikan dengan kereaktifan mereka atas menanggapi pemateri dan memberikan pertanyaan

Kegiatan ini merupakan proker tahunan dari Divisi P2M yang kali ini diketua panitiai oleh Suci Amalia, harapannya dengan adanya GTS ini anak-anak khususnya pelajar yang kelak menjadi masa depan suatu negara tidak terpapar oleh bahaya dan dampak penyalahgunaan narkoba.